3 Kesalahan Fatal Hansi Flick yang Buat Barcelona Kalah. Malam El Clasico pada 26 Oktober 2025 di Camp Nou berakhir dengan pilu bagi Barcelona: kekalahan 2-1 dari Real Madrid yang meninggalkan skuad Hansi Flick terpuruk di posisi ketiga La Liga dengan 19 poin dari 10 laga. Gol cepat Vinicius Junior di menit ke-12 dan equalizer Robert Lewandowski di babak kedua tak cukup selamatkan Blaugrana, karena penalti Kylian Mbappe di menit ke-78 ubah segalanya. Kekalahan ini jadi yang ketiga dalam empat laga terakhir, termasuk 4-1 dari Sevilla dan 2-0 dari PSG di Liga Champions, memicu kritik pedas atas pendekatan pelatih Jerman itu. Banyak yang bilang, tiga kesalahan fatal Flick—mulai dari taktik defensif hingga manajemen tim—jadi biang kerok utama. Di musim yang seharusnya jadi era baru pasca-Xavi, Barcelona malah tampak kehilangan arah, dengan fans mulai ragu apakah Flick bisa pulihkan kepercayaan sebelum jeda internasional. INFO CASINO
Kesalahan Pertama: Garis Pertahanan Tinggi yang Terlalu Berani: 3 Kesalahan Fatal Hansi Flick yang Buat Barcelona Kalah
Salah satu ciri khas Hansi Flick sejak datang ke Barcelona adalah garis pertahanan tinggi yang agresif, warisan suksesnya di Bayern Munich. Tapi di El Clasico, strategi ini jadi bumerang telak. Dengan bek seperti Jules Kounde dan Ronald Araujo dipaksa maju hingga hampir lini tengah, ruang di belakang terbuka lebar untuk serangan balik Madrid. Vinicius cetak gol pembuka setelah bola panjang sederhana dari Toni Kroos tembus celah itu, meninggalkan kiper Marc-Andre ter Stegen tak berdaya. Statistik menunjukkan Barcelona kehilangan bola 18 kali di area berbahaya, naik 40 persen dari laga sebelumnya, dan Madrid manfaatkan enam kali transisi cepat.
Flick bela pendekatan ini pasca-laga, bilang “kami harus tekan tinggi untuk ciptakan peluang”, tapi analisis internal klub ungkap masalah dasar: skuad Blaugrana kurang cepat di lini belakang dibanding era Pep Guardiola. Cedera Pau Cubarsi yang absen sejak September tambah beban, paksa Araujo main di posisi asing. Di kekalahan sebelumnya kontra Sevilla, garis tinggi ini biarkan tiga gol lahir dari situasi serupa, dengan pelatih lawan, Francisco Lopez, puji “mereka beri kami hadiah gratis”. Kesalahan ini bukan baru; sejak musim panas, Barcelona sudah kebobolan 14 gol dari counter-attack, rekor buruk yang tunjukkan Flick gagal adaptasi taktiknya ke skuad yang sedang transisi. Alih-alih dominasi, garis tinggi malah ciptakan ketakutan konstan, bikin pemain ragu saat bertahan.
Kesalahan Kedua: Hilangnya Intensitas di Babak Kedua: 3 Kesalahan Fatal Hansi Flick yang Buat Barcelona Kalah
Babak kedua jadi momok berulang bagi Barcelona di bawah Flick, dan El Clasico jadi contoh sempurna. Setelah unggul 1-1 berkat gol indah Lewandowski dari assist Lamine Yamal, tim langsung kehilangan ritme—penguasaan bola turun dari 62 persen ke 45 persen, dan jarak lari pemain rata-rata berkurang 15 persen. Mbappe bisa cetak penalti setelah tekel ceroboh Pedri, yang dapat kartu merah di menit ke-88, picu keributan di pinggir lapangan. Flick akui pasca-laga: “Kami larut di babak kedua, lawan naik level dan kami tak ikuti”.
Ini pola yang sudah terlihat sejak kekalahan 2-1 dari Atletico Madrid bulan lalu, di mana tiga gol lawan lahir setelah istirahat. Alasan utama: kelelahan skuad akibat jadwal padat—enam laga dalam 18 hari—tanpa rotasi cukup. Flick terlalu bergantung pada starting XI inti, dengan hanya tiga pergantian di Clasico: Marcus Rashford masuk terlambat di menit ke-70, tapi gagal ubah dinamika. Di laga UCL kontra PSG, babak kedua juga collapse total, dengan Mbappe dan rekan-rekannya dominasi duel udara yang menang 12-5. Kritik dari mantan pelatih Deco bilang Flick kurang siapkan rencana B, seperti switch ke formasi 5-3-2 untuk lindungi keunggulan. Akibatnya, Barcelona kalah delapan dari 12 babak kedua musim ini, angka yang bikin fans khawatir soal daya tahan mental tim.
Kesalahan Ketiga: Seleksi Pemain yang Kurang Tepat dan Rotasi Minim
Pilihan starting lineup Flick di El Clasico jadi sorotan tajam: absennya Frenkie de Jong karena rotasi, diganti Ilkay Gundogan yang lambat di tengah, bikin lini tengah rapuh. De Jong, motor permainan sejak musim lalu, sudah beri tiga assist di lima laga terakhir, tapi Flick pilih istirahatkan ia demi laga Liga Champions mendatang—keputusan yang balik menyerang saat Gundogan kalah duel 70 persen kontra Federico Valverde. Selain itu, posisi Rashford di sayap kiri terlalu bebas, tapi kurang dukungan dari Pedri yang overload, hasilnya peluang sia-sia sebanyak empat di babak pertama.
Rotasi minim Flick juga masalah kronis. Dengan skuad 25 pemain tapi hanya 14 dapat menit reguler, talenta muda seperti Pablo Torre dan Hector Fort terpinggirkan, sementara veteran seperti Lewandowski main penuh meski usia 37 dan keluhan kelelahan. Di kekalahan Sevilla, Flick tunda substitusi hingga menit ke-60, biarkan tim kejar skor dari 0-3. Ini kontras dengan sukses Bayern-nya, di mana rotasi jadi kunci double. Analis klub catat, cedera bertubi-tubi—seperti Gavi dan Alejandro Balde—sebagian karena overplay, dengan rata-rata menit per pemain naik 20 persen musim ini. Kesalahan ini bikin kedalaman skuad tak tergarap, dan di tengah transfer minim musim panas, Barcelona terjebak dengan komposisi tak seimbang yang gagal hadapi tekanan Madrid.
Kesimpulan
Tiga kesalahan fatal Hansi Flick—garis pertahanan tinggi yang rentan, hilangnya intensitas babak kedua, dan seleksi pemain yang kurang tepat—jadi penyebab utama kekalahan menyakitkan Barcelona di El Clasico 2-1 dari Real Madrid. Dari taktik berani yang balik jadi jebakan hingga manajemen skuad yang goyah, ini tunjukkan pelatih Jerman itu masih adaptasi dengan tekanan Camp Nou. Meski start musim solid dengan enam kemenangan awal, rentetan buruk ini tekan Flick untuk perbaiki fondasi sebelum terlambat. Bagi Blaugrana, yang haus gelar setelah tiga tahun kosong, ini momen krusial: introspeksi cepat atau risiko musim gagal. Fans tetap dukung, tapi Flick harus bukti perubahan di laga berikutnya kontra Celta Vigo. Di La Liga yang tak kenal ampun, kesalahan seperti ini bisa hilangkan mimpi Scudetto—tapi jika diatasi, justru jadi pelajaran berharga untuk bangkit lebih kuat.