Mengapa Barcelona Sangat Berambisi di Champions League?

mengapa-barcelona-sangat-berambisi-di-champions-league

Mengapa Barcelona Sangat Berambisi di Champions League? Musim 2025/2026 membawa semangat baru bagi Barcelona di ajang Liga Champions, di mana ambisi mereka terasa lebih membara dari sebelumnya. Setelah finis sebagai runner-up musim lalu di bawah format baru yang lebih ketat, Blaugrana kini punya satu tujuan utama: angkat trofi yang terakhir disentuh pada 2015. Di bawah Hansi Flick, yang sudah bawa tim raih start solid di La Liga dengan delapan kemenangan beruntun, fokus bergeser ke Eropa. Format liga baru—dengan 36 tim main delapan laga masing-masing—bikin kompetisi lebih panjang dan tak kenal ampun, tapi justru cocok untuk kedalaman skuad Barcelona. Dengan potensi hadapi tim kuat seperti Bayern Munich atau Manchester City di fase awal, ambisi ini bukan sekadar mimpi: ini soal balik ke puncak, pulihkan keuangan, dan bangun legacy baru. Di tengah power rankings yang tempatkan mereka di top lima favorit, kenapa Barcelona begitu haus gelar ini? Jawabannya campur sejarah, strategi, dan lapar trofi yang tak terpuaskan. BERITA BASKET

Warisan Historis: Dari Dominasi ke Rindu yang Membara: Mengapa Barcelona Sangat Berambisi di Champions League?

Barcelona tak asing dengan panggung Liga Champions; lima gelar juara mereka—terakhir pada 2015 di Berlin—jadi fondasi identitas klub. Era Pep Guardiola dan Luis Enrique bikin Camp Nou jadi benteng tak tertembus, dengan trio Messi-Suarez-Neymar hantam rekor gol Eropa. Tapi sejak 2018, kegagalan beruntun seperti kekalahan dramatis dari Liverpool di Anfield dan Roma di semifinal jadi luka yang masih menganga. Musim lalu, meski lolos ke babak 16 besar, eliminasi dini lawan Paris Saint-Germain tambah frustrasi—mereka kalah agregat 4-6 meski menang leg pertama.

Ambisi saat ini lahir dari rindu itu. Presiden klub Joan Laporta sering sebut UCL sebagai “jantung sepak bola kami”, dan fans Blaugrana—yang jual tiket laga Eropa habis dalam hitungan jam—dukung penuh. Secara finansial, trofi ini berharga: hadiah 100 juta euro plus revenue sponsor bisa lunasi utang 1,2 miliar euro yang masih menggerogoti. Di musim 2025/2026 ini, dengan format baru yang beri lebih banyak poin per kemenangan, Barcelona lihat peluang emas. Mereka sudah raih 12 poin dari empat laga awal, termasuk kemenangan telak 3-0 atas tim Italia, buktikan warisan dominasi bisa bangkit. Tanpa UCL, Barcelona cuma jadi raja Spanyol—tapi dengan itu, mereka legenda global lagi.

Transformasi di Bawah Hansi Flick: Dari Krisis ke Mesin Juara: Mengapa Barcelona Sangat Berambisi di Champions League?

Hansi Flick jadi katalisator ambisi ini sejak ambil alih Mei 2024. Pelatih Jerman, yang bawa Bayern raih sextuple pada 2020, datang saat Barcelona di ambang krisis: finis ketiga La Liga musim sebelumnya dan keluar dini dari UCL. Flick ubah mentalitas: dari tim ragu jadi skuad lapar, dengan sesi latihan fokus pressing tinggi dan transisi cepat yang mirip era suksesnya di Munich. Hasilnya? Di fase liga UCL musim ini, Barcelona catatkan dua clean sheet dari empat laga, kontras dengan musim lalu yang kebobolan rata-rata dua gol per pertandingan.

Flick paham UCL bukan soal taktik saja, tapi adaptasi. Ia rotasi skuad pintar—istirahatkan veteran di laga domestik untuk simpan energi Eropa—dan manfaatkan format baru yang beri fleksibilitas jadwal. Kekalahan tipis 1-2 dari tim Jerman pekan lalu jadi pelajaran: ia langsung gelar review video untuk perbaiki lini belakang, hasilkan kemenangan balasan 4-1 atas lawan Prancis. Ambisi Flick jelas: “Kami bangun untuk juara Eropa, bukan sekadar lolos.” Di power rankings terbaru, Barcelona naik ke posisi tiga, di belakang Real Madrid dan Manchester City, berkat efisiensi gol mereka yang capai 2,5 per laga. Transformasi ini tak hanya teknis, tapi juga budaya: Flick tanamkan “mentalitas pemenang” yang hilang sejak era Messi pergi.

Faktor Pemain dan Strategi: Talenta Muda yang Siap Meledak

Ambisi Barcelona tak lepas dari stok pemain yang kian matang. Lamine Yamal, wonderkid 18 tahun di sayap kanan, sudah cetak tiga gol UCL musim ini—kecepatannya bikin bek lawan kewalahan, mirip Neymar dulu. Di tengah, Pedri dan Gavi pulih dari cedera, beri visi passing akurat 90 persen yang bantu serangan mulus. Striker Robert Lewandowski, meski 37 tahun, tetap tajam dengan empat gol Eropa, sementara bek muda Pau Cubarsi tambah soliditas di belakang. Kombinasi ini—muda energik plus veteran berpengalaman—bikin skuad seimbang, dengan kedalaman 25 pemain yang siap rotasi di delapan laga fase liga.

Strategi Flick manfaatkan kekuatan ini: formasi 4-3-3 fleksibel yang overload kotak penalti, plus set-piece mematikan yang hasilkan 30 persen gol musim ini. Mereka juga incar penguatan Januari, seperti bek kanan potensial dari liga Turki, untuk tambah kedalaman. Tantangannya? Cedera berpotensi, seperti yang dialami Frenkie de Jong akhir pekan lalu, tapi akademi La Masia siap suplai cadangan. Di mata analis, ambisi ini realistis: dengan delapan laga sisa fase liga, Barcelona butuh enam kemenangan lagi untuk top eight langsung ke babak 16 besar. Faktor ini bikin mereka tak gentar hadapi undian potensial lawan tim Inggris atau Prancis—malah, jadi bahan bakar untuk bukti diri.

Kesimpulan

Ambisi Barcelona di Liga Champions 2025/2026 bukan isapan jempol, tapi gabungan warisan historis yang haus balas dendam, transformasi Flick yang ubah tim dari rapuh jadi tangguh, serta talenta pemain yang siap ledakkan panggung Eropa. Di format baru yang lebih adil, peluang mereka terbuka lebar—dari rindu trofi sejak 2015 hingga mimpi finansial stabil, semuanya bergantung UCL. Dengan posisi kuat di power rankings dan start impresif, Blaugrana tak lagi sekadar peserta; mereka pemburu gelar. Jika momentum ini bertahan, Camp Nou bisa rayakan malam ajaib lagi musim panas nanti. Pantau saja fase liga mendatang—di sana, ambisi ini bakal diuji, dan Barcelona siap jawab dengan kemenangan.

BACA SELENGKAPNYA DI…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *