De Jong Mengkritik Aksi Carvajal Setelah Pertandingan. Pagi 27 Oktober 2025, setelah malam penuh api di Santiago Bernabeu, Frenkie de Jong tak bisa diam soal keributan pasca-El Clasico. Barcelona kalah 1-2 dari Real Madrid, tapi sorotan utama jatuh pada aksi Dani Carvajal yang mendekati Lamine Yamal di koridor pemain, picu scuffle singkat antar skuad. De Jong, gelandang Belanda yang jadi kapten sementara Barca malam itu, langsung kritik keras: “Pemain Madrid kejar Yamal seperti itu tak pantas; kalau mau bicara, lakukan di luar lapangan.” Ini bukan cuma bela rekan muda berusia 17 tahun; ini serangan balik ke Carvajal, bek kanan Madrid yang terlihat berbisik tajam ke Yamal soal “big talk” selama laga. Xabi Alonso, pelatih Madrid, tolak komentar, tapi insiden ini tambah bensin ke rivalitas yang sudah panas. Dengan Madrid puncak klasemen La Liga selisih lima poin, kritik De Jong jadi pengingat: di sepak bola Spanyol, emosi pasca-peluit sering lebih berbahaya daripada gol di lapangan. Bagi fans kedua kubu, ini momen di mana garis tipis antara passion dan provokasi kabur total. INFO CASINO
Kritik Langsung De Jong yang Membuat Ramai: De Jong Mengkritik Aksi Carvajal Setelah Pertandingan
De Jong tak buang waktu untuk angkat suara. Di konferensi pers usai laga, ia bilang tegas: “Carvajal dan Courtois mendekati Lamine setelah peluit, seolah mau ajak ribut. Yamal masih anak muda, kalau tahu karakternya, tak akan begitu.” Ini langsung viral; klip wawancaranya ditonton jutaan kali di platform sosial dalam semalam. De Jong, yang main 85 menit dengan akurasi passing 89 persen, tampil solid di lini tengah—ia intersepsi empat kali dan ciptakan dua peluang—tapi fokusnya pasca-laga ke perlindungan Yamal. Ia sebut aksi Carvajal sebagai “provokasi tak perlu”, terutama karena Yamal sudah dapat kartu kuning karena protes saat insiden jersey tarikannya dengan Vinicius.
Carvajal, yang malam itu menang 70 persen duel melawan Yamal, tak langsung balas. Tapi di Instagram-nya pagi ini, ia posting foto tim Madrid dengan caption “Kemenangan untuk fans”, tanpa sebut De Jong. Ini pola lama: Carvajal sering jadi provokator di laga besar, ingat ejekan ke Messi di 2022. De Jong, kapten sejak absennya Gavi, tunjukkan sisi pemimpin—ia tarik Yamal mundur saat keributan mulai, hindari eskalasi. Kritik ini tak cuma pribadi; ia soroti budaya Madrid yang “kejar anak muda” untuk ganggu mental. Media Spanyol ramai: AS sebut “De Jong lindungi generasi baru”, sementara Marca balas “Barca cari alasan kalah”. Ini bikin De Jong, yang kontraknya sampai 2026, jadi ikon baru Barca—bukan cuma pemain, tapi suara moral di tengah kekacauan.
Latar Belakang Keributan yang Picu Kritik: De Jong Mengkritik Aksi Carvajal Setelah Pertandingan
Semua bermula di injury time panjang El Clasico, saat VAR batalkan gol penalti Pedri untuk Barca di menit ke-99—offside tipis bikin skor bertahan 2-1 untuk Madrid. Saat peluit akhir, Yamal, yang tampil berani meski dinilai buruk secara keseluruhan, berjalan ke koridor sambil bisik-bisik dengan Vinicius soal “big talk” selama laga. Carvajal, yang dengar itu, langsung dekati Yamal dari belakang, bisik tajam dan dorong bahu ringan—momen yang kamera tangkap jelas. Thibaut Courtois ikut campur, tambah sorak dari bangku cadangan Madrid, picu pemain Barca seperti De Jong dan Araujo berhamburan.
Ini bukan insiden terisolasi; sepanjang laga, ketegangan sudah tinggi. Yamal kalah dribel enam kali lawan Carvajal, tapi ia menang tiga duel fisik dan ciptakan key pass untuk gol Lopez. Vinicius, yang diganti kesal, tambah api dengan konfrontasi awal. De Jong, dari pinggir lapangan, lihat semuanya—ia sebut “itu bukan sepak bola, itu bullying.” Hansi Flick, pelatih Barca, dukung: “Frenkie benar; kami kalah, tapi hormat tetap nomor satu.” RFEF sudah umumkan review video pagi ini; kemungkinan denda ringan untuk Carvajal jika terbukti provokasi. Latar ini tunjukkan betapa rapuhnya post-match di Clasico: satu kata bisa picu badai, dan De Jong pilih angkat suara untuk cegah pola berulang.
Dampak untuk Rivalitas dan Dinamika Tim Kedua Kubu
Kritik De Jong langsung rasakan getarannya. Di Barca, ini angkat moral skuad muda—Yamal posting story “Terima kasih Frenkie” dengan emoji hati, sementara Lewandowski bilang pribadi: “Ia kapten sejati.” Tapi tekanan ke Flick tambah berat: kekalahan ini perpanjang winless streak jadi tiga laga, dan De Jong tuntut lebih banyak dukungan untuk talenta seperti Yamal. Klasemen La Liga kini tertinggal lima poin, tapi kritik ini bisa satukan tim—latihan pagi di Ciutat Esportiva fokus mentalitas, dengan De Jong pimpin sesi.
Di Madrid, Alonso tolak komentar: “Fokus kami kemenangan, bukan omong kosong.” Carvajal, veteran 33 tahun dengan 400 caps, mungkin dapat teguran internal—ia sudah pernah didenda karena provokasi musim lalu. Ini tambah narasi rivalitas: Madrid sebut Barca “cerewet”, sementara Catalan balas “Madrid main kotor”. Dampak luas: UEFA pantau ketat untuk Liga Champions, di mana Barca lawan Bayern akhir pekan—kalah lagi bisa tekan Flick. Bagi De Jong, ini naikkan profilnya; rumor transfer ke klub Inggris mereda, ia yakin tinggal di Barca. Rivalitas Clasico makin panas, tapi kritik ini ingatkan: di sepak bola, menang tak cukup; hormat jadi kunci jangka panjang.
Kesimpulan
Kritik Frenkie de Jong ke aksi Dani Carvajal pasca-El Clasico adalah suara tegas di tengah kekacauan: bela Yamal dari provokasi, tapi juga panggilan untuk sepak bola lebih dewasa. Dari bisik tajam di koridor hingga wawancara pedas, ini tunjukkan De Jong sebagai pemimpin Barca yang siap tempur—bukan cuma di lapangan, tapi di luar. Madrid menang 2-1 dan pimpin klasemen, tapi insiden ini tinggalkan rasa getir yang bisa balas dendam di Camp Nou nanti. Musim 2025/2026 masih panjang, dan dengan suara seperti De Jong, Barca punya peluang bangkit—karena di rivalitas sebesar ini, passion tanpa hormat cuma bikin luka lebih dalam. Fans kedua kubu tunggu babak selanjutnya, di mana kata-kata hari ini bisa jadi amunisi besok.