Liverpool Sudah Saatnya Beri Mohamed Salah Istirahat. Pekan ke-12 Premier League musim 2025-26 jadi momen krusial bagi Liverpool yang lagi goyah di posisi keempat klasemen dengan 19 poin dari 11 laga. Tiga kekalahan beruntun akhir-akhir ini, termasuk kalah 0-3 dari Manchester City di Etihad, bikin Arne Slot hadapi tekanan besar. Di tengah itu, Mohamed Salah—bintang Mesir berusia 33 tahun—jadi sorotan utama. Dengan cuma dua gol di liga musim ini, satu di antaranya dari penalti, performanya turun drastis dibanding musim lalu yang cetak 25 gol. Banyak pengamat bilang sudah saatnya beri dia istirahat panjang, bukan cuma rotasi sporadis seperti dua laga Champions League belakangan. Apakah ini langkah bijak untuk pulihkan bentuk tim, atau risiko kehilangan senjata utama? Kita bedah alasannya berdasarkan tren terkini. BERITA BOLA
Penurunan Performa yang Tak Terelakkan: Liverpool Sudah Saatnya Beri Mohamed Salah Istirahat
Salah memulai musim dengan harapan tinggi setelah jadi top skorer liga musim lalu, tapi kini dia kayak bayang-bayang dirinya sendiri. Di tujuh laga awal Premier League, dia cuma cetak dua gol—satu di pembuka lawan Bournemouth, sisanya dari penalti melawan tim papan bawah. Assist-nya juga minim, cuma tiga, jauh dari 12 musim sebelumnya. Statistik dribble suksesnya anjlok ke 10 persen, terendah di liga, bikin dia sering kehilangan bola di area krusial. Di laga kontra Brentford akhir pekan lalu, dia spurn peluang emas dari umpan silang, tembakan melebar yang bikin fans Kop menghela napas panjang.
Ini bukan cuma soal gol; kreativitasnya pudar. Passing progresifnya turun 15 persen, dan tembakan tepat sasaran rata-rata cuma 1,2 per laga—setengah dari musim lalu. Slot coba ubah formasi ke 4-2-3-1 lebih ofensif, tapi Salah sering terjebak di sayap kanan, kurang ruang untuk potong ke dalam seperti biasa. Kekalahan 1-2 dari tim London akhir September jadi titik rendah: dia main penuh tapi zero shots on target. Pengamat seperti Jamie Carragher bilang, “Salah tak lagi guaranteed starter setiap minggu.” Penurunan ini bukan usia semata—di 32 tahun, dia masih fit—tapi akumulasi kelelahan yang bikin instingnya tumpul. Liverpool butuh dia segar, bukan paksa main saat bentuk jeblok.
Beban Menit Bermain yang Menumpuk: Liverpool Sudah Saatnya Beri Mohamed Salah Istirahat
Salah main nonstop sejak awal musim, total 920 menit di Premier League plus 300 di Champions League dan kualifikasi Piala Dunia untuk Mesir. Musim lalu saja, dia capai 3.380 menit di liga—rekor pribadi—tanpa istirahat panjang. Internasional break Oktober lalu, Mesir istirahatkan dia setelah dua gol lawan Djibouti, tapi itu cuma jeda singkat. Di klub, Slot jarang bench dia di laga liga, cuma sekali di Carabao Cup lawan tim Championship. Dua benching berturut di Champions League—lawan Galatasaray dan Frankfurt—jadi yang pertama sejak gabung 2017, tapi itu lebih taktik daripada istirahat.
Jadwal padat Desember nanti, dengan tiga laga tandang berat termasuk Arsenal dan City, bikin risiko makin tinggi. Rata-rata pemain top liga istirahat 20 persen menit musim ini, tapi Salah hampir 95 persen starter. Ini mirip kasus Kevin De Bruyne musim lalu yang ambruk gara-gara overload. Slot akui pasca-kalah dari City, “Kami harus pintar rotasi, terutama buat pemain kunci.” Fatigue ini ekspos di duel fisik: dia kalah 55 persen tackle musim ini, naik dari 40 persen tahun lalu. Tanpa istirahat, bukan cuma Salah yang capek—tim keseluruhan kehilangan ritme, seperti terlihat di tiga kekalahan beruntun di mana lini depan mandul tanpa dia dominan.
Risiko Cedera dan Strategi Jangka Panjang Liverpool
Istirahatkan Salah bukan cuma soal performa sekarang, tapi cegah cedera yang bisa hancurkan musim. Di usia 33, pemulihan ototnya lebih lambat—selangkangan dan hamstring sering jadi masalah, seperti cedera minor September lalu yang bikin dia absen satu laga. Data medis liga tunjukkan pemain di atas 30 tahun dengan menit di atas 3.000 berisiko 25 persen cedera kronis. Liverpool sudah punya pengalaman buruk: musim 2023-24, Trent Alexander-Arnold absen tiga bulan gara-gara overload, bikin pertahanan bolong.
Strategi Slot lebih luas: musim panas lalu, klub tambah Federico Chiesa dan Florian Wirtz untuk kedalaman sayap, sinyal transisi pasca-Salah. Chiesa debut bagus di Frankfurt, cetak assist, tunjukkan potensi ganti sementara. Carragher sarankan bench Salah di dua laga tandang mendatang—Frankfurt ulang dan Brentford—untuk tes skuad muda. Ini bisa bangun kepercayaan tim, kurangi ketergantungan pada satu pemain. Tapi, risiko ada: tanpa Salah, Liverpool cuma cetak satu gol di dua laga CL benching-nya. Pengamat bilang, istirahat pintar—dua minggu off—bisa pulihkan dia seperti musim 2019 saat dia comeback cetak 10 gol di lima laga. Liverpool lagi di persimpangan: paksa main dan risiko burnout, atau istirahat dan bangun tim berkelanjutan.
Kesimpulan
Sudah saatnya Liverpool beri Mohamed Salah istirahat yang layak—bukan rotasi setengah hati, tapi jeda strategis untuk pulihkan api Mesir itu. Dengan penurunan performa mencolok, beban menit menumpuk, dan risiko cedera mengintai, Slot punya peluang ubah narasi tiga kekalahan beruntun jadi momentum bangkit. Salah tetap legenda Anfield dengan 200 gol lebih, tapi musim ini dia butuh napas untuk kembali ganas. Rotasi ke Chiesa atau Wirtz bisa tes kedalaman, sementara Salah recharge jelang Desember panas. Bagi The Reds di posisi empat, ini bukan kemewahan—ini kebutuhan untuk kejar puncak. Pekan depan lawan tim Midlands bakal jadi tes awal: apakah Slot berani bench, atau tetap andalkan bintang capek? Yang pasti, istirahat pintar bisa selamatkan musim ini.