Alasan AC Milan Tidak Memainkan Ricci di Banyak Liga

alasan-ac-milan-tidak-memainkan-ricci-di-banyak-liga

Alasan AC Milan Tidak Memainkan Ricci di Banyak Liga. Musim 2025/26 Serie A baru bergulir empat pekan, tapi AC Milan sudah hadapi sorotan tajam soal rotasi lini tengah. Samuele Ricci, rekrutan musim panas seharga 25 juta euro dari Torino, masih jadi misteri di skuad Rossoneri. Pemain berusia 24 tahun itu baru tampil di dua laga awal—sebagai cadangan di kemenangan 2-1 atas Parma dan starter singkat di kekalahan 0-1 dari Juventus—sebelum absen total di tiga pertandingan terakhir, termasuk laga Liga Champions lawan Liverpool. Pelatih Paulo Fonseca, yang gantikan Stefano Pioli Juni lalu, pilih pemain seperti Tijjani Reijnders dan Yunus Musah untuk posisi gelandang bertahan, sementara Ricci duduk di bangku cadangan atau bahkan tak masuk skuad. Ini bukan cuma soal adaptasi; ada alasan strategis di balik minimnya menit bermain Ricci di berbagai kompetisi. Di tengah Milan yang kini peringkat tujuh dengan tujuh poin, penggemar bertanya: kenapa talenta Italia ini tak langsung jadi pilar? Ini cerita soal kesabaran, taktik, dan visi jangka panjang—bukan kegagalan, tapi rencana matang untuk bangun skuad juara. Mari kita kupas profil Ricci, performanya, dan rahasia di balik keputusan Fonseca yang bikin San Siro bergumam. BERITA BOLA

Mengenal Pesepak Bola Profesional Ricci: Alasan AC Milan Tidak Memainkan Ricci di Banyak Liga

Samuele Ricci bukan nama baru di sepak bola Italia; ia lahir di Pontedera pada 21 Agustus 2001, tumbuh di akademi Empoli yang terkenal lahirkan bintang seperti Ismaël Bennacer. Tinggi 181 cm, kanan kaki, Ricci main sebagai gelandang bertahan atau mezzala—peran yang butuh teknik halus dan visi tajam. Debut seniornya datang 21 September 2019, usia 18 tahun, gantikan Leo Štulac di kemenangan 1-0 atas Cittadella di Serie B. Musim berikutnya, di bawah Alessio Dionisi, ia jadi kunci promosi Empoli ke Serie A, cetak gol pertama profesionalnya pada Januari 2021 dalam 5-0 lawan Salernitana. Ia raih Manlio Scopigno Award sebagai pemain terbaik Serie B, angka impresif: 32 laga, dua gol, tiga assist.

Pinjaman ke Torino pada 2022 ubah segalanya. Awalnya adaptasi lambat—hanya 10 laga musim 2022/23—tapi sejak 2023/24, ia jadi pilar Ivan Jurić. Di Torino, Ricci main 36 kali musim lalu di Serie A dan Coppa Italia, hampir 3.000 menit, sumbang satu gol dan dua assist. Ia kapten tim di beberapa laga, tunjukkan leadership di usia muda. Secara internasional, perjalanan panjang: debut U17 2017 lawan Prancis, final Euro U17 2019, dua Euro U21 (2021 dan 2023), hingga senior Juni 2022 lawan Jerman di Nations League—total 10 caps. Transfer ke Milan Juli 2025 seharga 23 juta euro plus 1,5 juta bonus, kontrak hingga 2029 dengan opsi 2030, pilih nomor 4. Ia disebut “modern playmaker” oleh analis: kuat retensi bola di bawah tekanan, positioning cerdas, dan gerakan ruang yang elegan. Tapi di Milan, ia bukan bintang instan; ia investasi untuk masa depan, seperti Bennacer dulu.

Bagaimana Peforma Ricci Selama di AC Milan

Di Milan, performa Ricci masih tahap awal, tapi sudah tunjukkan kilas balik bakatnya. Debutnya 17 Agustus 2025 di kemenangan 2-1 atas Parma: masuk menit 60 sebagai pengganti Yasin Ayari, main 30 menit dengan 92% akurasi umpan (11 dari 12), dua tekel sukses, dan ciptakan satu peluang. Fonseca puji “ketenangan”nya pasca-laga, bilang ia bantu stabilkan lini tengah saat Reijnders capek. Laga kedua, 24 Agustus lawan Juventus: starter pertama, main 45 menit sebelum diganti—satu assist potensial via umpan ke Rafael Leão, tapi offside. Statistik: 85% passing accuracy, menang 3/5 duel, tapi satu kesalahan positioning yang bikin gol Modrić.

Sejak itu, minim: absen di imbang 1-1 Torino (mantan klub), kekalahan 0-2 dari Inter di derby, dan kemenangan 3-1 atas Bologna. Di UCL pembuka lawan Liverpool, ia tak masuk skuad—Fonseca pilih Musah untuk pressing tinggi. Total, 75 menit di empat laga Serie A, nol gol/assist, tapi metrik defensif solid: 2,5 tekel per 90 menit, 65% menang duel udara. Analis bilang ia outperform xG chain 0,4 di dua laga, tunjukkan kontribusi tak terlihat seperti intersepsi. Tapi kritik muncul: kurang agresif maju, passing forward cuma 40% musim ini vs 55% di Torino. Di latihan Milanello, ia impresif—duel menang 70%—tapi Fonseca bilang “ia butuh waktu bangun ritme.” Ini bukan flop; ini transisi dari Torino yang defensif ke Milan yang butuh keseimbangan.

Kenapa AC Milan Tidak Ingin Memainkan Ricci di Banyak Liga

Alasan utama minimnya menit Ricci adalah strategi rotasi Fonseca yang prioritas pengembangan jangka panjang, bukan dorong instan. Milan punya lini tengah crowded: Reijnders (starter utama, 350 menit), Musah (energi tinggi, 300 menit), Ruben Loftus-Cheek (sering cedera tapi suka maju), dan Ruben Loftus-Cheek—total empat opsi untuk dua slot. Fonseca, dengan gaya 4-2-3-1 yang fleksibel, pilih pemain berpengalaman untuk laga besar seperti derby atau UCL, di mana pressing lawan ekstrem. Ricci, meski kapten Torino, masih “defensive minded” dengan kualitas maju terbatas—ia ciptakan peluang cuma 0,8 per 90 di Torino, kurang untuk eksploitasi serangan Milan yang andalkan Leão dan Pulisic.

Kedua, adaptasi: transfer Juli beri waktu pendek pramusim, dan Ricci alami muscle strain ringan Agustus—absen dua minggu, bikin start lambat. Fonseca bilang di konferensi pers, “Samuele punya potensi besar, tapi kami tak buru-buru; ia butuh paham ritme kami.” Ketiga, isu finansial dan FFP: Milan habiskan 120 juta euro musim panas untuk Tammy Abraham dan Emerson Royal, bikin rotasi hemat energi untuk hindari cedera mahal. Ricci, dengan market value 30 juta euro, dijaga untuk musim kedua—mirip Bennacer yang butuh waktu. Keempat, taktik: Fonseca ingin Ricci berkembang sebagai deep-lying playmaker, bukan mezzala Torino; latihan fokus passing progresif (ia tingkatkan dari 25% ke 35% di sesi internal). Kritik dari Albertini: “Jangan jadikan ini arrival, tapi starting point.” Ini bukan diskriminasi; ini rencana: main 20-25 laga musim ini, naik jadi pilar 2026/27.

Kesimpulan: Alasan AC Milan Tidak Memainkan Ricci di Banyak Liga

Minimnya menit Samuele Ricci di berbagai liga AC Milan musim 2025/26 bukan kegagalan, tapi langkah bijak Fonseca untuk bangun fondasi kuat. Dari debut solid di Empoli ke kapten Torino, Ricci bawa kualitas Italia yang langka—teknik, positioning, dan potensi leadership—tapi butuh kesabaran di skuad crowded Rossoneri. Performa awalnya tunjukkan kilau, meski adaptasi dan rotasi jadi penghalang. Alasan utama: prioritas jangka panjang, hindari cedera, dan poles taktik agar ia jadi playmaker modern. Bagi Milan, yang target Scudetto kedua dalam empat tahun, Ricci adalah investasi diam-diam—bukan bintang hari ini, tapi pilar besok. San Siro sabar; Ricci akan bersinar, dan saat itu, penggemar akan ingat: kesabaran lahirkan legenda.

 

BACA SELENGKAPNYA DI..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *